Berdiri menghadap alun alun kota
Sumenep Masjid Agung Sumenep yang dulunya disebut masjid Jami, menjadi salah
satu penanda kota Sumenep. Usianya yang sudah ratusan tahun namun masih berdiri
megah menjadikannya sebagai salah satu warisan sejarah masa lalu sekaligus
memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga Sumenep.
Masjid Agung Sumenep masuk dalam
desa Bangselok, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur.
Masjid ini seluas 100m x 100m dilengkapi dengan bangunan sekretariat, bangunan
toilet dan tempat wudhu serta tempat parkir.
Masjid Agung Sumenep dibangun
setelah selesainya pembangunan Kraton Sumenep, sengaja mendirikan masjid yang
lebih besar, untuk menampung jemaah yang semakin bertambah. Bangunan masjid
yang ada saat itu dikenal dengan nama Masjid Laju, dibangun oleh adipati
Sumenep ke 21 Pangeran Anggadipa (berkuasa tahun 1626-1644 M) sudah tak lagi memadai kapasitasnya
untuk menampung jemaah.
Pembangunan masjid Agung Sumenep di
arsiteki oleh Lauw Piango, arsitek yang sama yang menangani pembangunan kraton
Sumenep.
Arsitektural masjid Agung Sumenep
sepertinya memang sengaja dirancang oleh Arsiteknya waktu itu dengan
menggabungkan berbagai unsur budaya. Arsiteknya menorehkan unsur budaya China
pada seni bina bangunan masjid ini. Seni Arab, Persia, Jawa, India dan China
menjadi satu kesatuan utuh pada bangunan masjid Agung Sumenep ini.
Bangunan utama masjid di tutup
dengan atap limas bersusun. Atap limas bersusun atau berundak, susunan atap seperti
ini selain merupakan ciri khas bangunan di tanah jawa yang menggunakan atap
joglo tapi juga merupakan bentuk atap yang banyak dipakai pada bangunan
klenteng yang biasa menggunakan atap bersusun. Di ujung tertinggi atap bangunan
dipasang mastaka berbentuk tiga bulatan. Masjid ini identik dengan warna kuning
karena warna kuning itu melambangkan keagungan.
Gerbang utama yang dibangun di
masjid ini banyak di pakai di bangunan bangunan penting negeri China dan India,
di dua negeri itu bangunan gerbang tidak semata mata sebagai pintu masuk utama
tapi juga merupakan pos penjagaan. Bangunan ini cukup besar dan megah, dengan
ruangan di atasnya, bisa jadi pada jamannya ruang ini merupakan tempat
menyimpan beduk dan kentongan serta tempat muazin mengumandangkan azan.
Sehingga wajar bila kemudian ruang di atas gerbang ini yang difungsikan
layaknya menara. Gerbang masjid Agung Sumenep ini benar benar menyita perhatian
karena bentuknya yang begitu besar dan megah. Jangan lupa bahwa masjid masjid
awal di tanah air memang tidak dilengkapi dengan menara. Gerbang utama masjid
ini di tutup pukul 23.00 WIB, tapi bagi yang ingin beribadah bisa masuk melalui
pintu samping kanan dan samping kiri.
Ukiran jawa dalam pengaruh berbagai
budaya menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bila diperhatikan dengan
seksama, ukiran ukiran yang ada di pintu utama masjid ini sangat kental
pengarus budaya China, dengan penggunaan warna warna cerah. Ukiran dengan nada
yang serupa akan banyak di jumpai di daerah Palembang yang seni arsitekturalnya
juga dipengaruhi cukup kuat oleh budaya China. Disamping pintu depan mesjid
sumenep terdapat jam duduk ukuran besar bermerk Jonghans, diatas pintu tersebut
terdapat prasasti beraksara arab dan jawa.
Uniknya masjid ini memiliki dua
mimbar disisi kiri dan kanan mihrabnya. Hiasan keramik porselen warna biru
cerah dengan corak floral mendominasi dua mimbar dan mihrab di masjid ini.
Dilihat dari coraknya kemungkinan besar keramik porselen tersebut di import
dari daratan China. Bangunan bersusun dengan puncak bagian atas menjulang
tinggi mengingatkan bentuk-bentuk candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa.
Kubah berbentuk tajuk juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat
Jawa.
Sekitar tahun 90-an masjid ini
mengalami pengembangan, dengan renovasi pada pelataran depan, kanan dan
kirinya, dengan sama sekali tidak mengubah bangunan aslinya. Didalam
mesjid terdapat 13 pilar yang begitu besar yang mengartikan rukun solat. Bagian
luar terdapat 20 pilar. Dan 2 tempat khotbah yang begitu indah dan diatas
tempat Khotbah tersebut terdapat sebuah pedang yang berasal dari Irak. Awalnya
pedang tersebut terdapat 2 buah namun salah satunya hilang dan tidak pernah
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar